Rabu, 28 November 2007

SE Nas 2007 6th Story

Suara Pembaruan…Tau lah. Salah satu koran yang laris manis kaya kacang goreng tiap harinya ini, ternyata mempunyai perjalanan yang panjang untuk dapat menjadi salah satu surat kabar yang mendapat tempat tersendiri di hati pembaca Jakarta..
Kita disambut oleh pak Zainuri, penanggung jawab percetakan Suara Pembaruan. Pertama-tama kita masuk ke ruang redaksi dulu. Di ruang redaksi, kita dibebasin nyari berita sesuka kita (ini yang aku tunggu-tunggu..hehehe). Di sana aku sempat ngewawancarai reporter professional yang uda sering malang melintang di dunia Internasional, beliau terakhir kali meliput berita internasional tentang Konferensi Tingkat Tinggi yang baru-baru aja dilaksanakan. Ternyata di sana walaupun kita uda lulus sebagai sarjana sosial ilmu komunikasi, tetep aja ada pelatihan jurnalis. Namun, sayangnya di Indonesia masih belum ada pelatihan penyelamatan diri seperti yang dilakukan CNN yang dilatih oleh anggota Brimobnya Amrik buat penyelamatan diri. Ada juga jurnalis Suara Pembaruan yang berinisiatif melatih dirinya di ABRI, namun jumlahnya masih sangat sedikit. Kebanyakan masih merasa aman dengan jaminan asuransi.
Kemudian kita merangkak menuju ruang layout. Di sana banyak banget orang yang kerja sebagai layouter (ya jelas lah, namanya aja layout room). Mereka bertugas menata kolom-kolom dan gambar di koran sehingga enak dibaca. Suara Pemabaruan juga berlangganan situs di Internet yang menyediakan jasa fotografi, seperti News Office Antara dan APE (yang dari Perancis itu kalo ngga salah).
Kita bergerak menuju ruang cetak. Koran Suara Pembaruan yang dulunya bernama Sinar Harapan, memiliki percetakan dengan mesin yang mampu berproduksi cepat. Bayangkan saja, dalam 1 menit mesin dapat menghasilkan 50 koran. Suara Pembaruan juga melebarkan sayapnya menuju daerah luar Jakarta. Bahkan daerah yang agak pelosok di Jawa Barat juga tak lepas dari tangan Suara Pembaruan.
Bagaimana jika koran yang segini banyaknya ngga abis? Kalo dulu aku ke Jawa Pos, mereka bakal ngerubah kertas-kertas koran yang ngga laku jadi tissue, trus dijual lagi deh. Lain Jawa Pos, lain Suara Pembaruan. Suara Pembaruan akan membagikan korannya pada hypermarket yang bekerjasama dengan Suara Pembaruan. Bagi konsumen hypermarket yang berbelanja 100 ribu ke atas, maka akan mendapat 1 koran Suara Pembaruan secara cuma-cuma. Tapi gimana kalo tetep aja lom abis? Mereka bilang sih bakal njadiin kertas korannya bahan dasar asbes.
Teknologi yang menurutku high disini mungkin mesin cetaknya. Walaupun Jawa Pos lebih keren sih, coz Suara Pembaruan masih pake roll mika. Kan sekarang uda jamannya pake iron plate, pliz dech…


Welcome to Suara Pembaruan!


foto2 ma wartawan internasionalnya Suara Pembaruan lhow..



touring Suara PEmbaruan ma Pak Zainuri


lagi tanya jawab ma orang pro-nya Suara Pembaruan..

Tidak ada komentar: